Wayang Kancil Pun Dibajak

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

YOGYA, Buser Trans Onlie

– Meski belakangan suasana batin Ki Ledjar Subroto begitu masgul, toh banyolan-banyolan pencipta Wayang Kancil ini mampu memecahkan keheningan. Tingkahnya yang acap menyempal sontak mengundang gelak tawa para seniman lain yang lalu berkumpul di kediamannya di Jalan Suryotomo Yogyakarta.

Tapi derai tawanya tetap saja tak mampu menyembunyikan pergulatan jiwa yang menurutnya menyesakkan dada. “Apa kata teman-teman seniman terhadap saya ketika mereka tahu dari pemberitaan jika Wayang Kancil itu diklaim bukan ciptaan saya? Padahal, jelas ciptaan saya,” ujar Ki Ledjar (70).

Kegelisahan Ki Ledjar ini sebenarnya sudah membuncah nian tiga tahun lalu. Tepatnya sesaat setelah dirinya dan Kartika Affandi mendapat Lifetime Achievement Award dari panitia Biennale Jogja X-2009. Kegalauan bermula saat cucunya, Ananto Wicaksono, menyodori katalog wayang Indonesia yang berjudul The Development of Wayang Indonesia as a Humanistic Cultural Heritage.

Di dalamnya gamlang tertera bahwa pembuat Wayang Kancil bukanlah Ki Ledjar Subroto. “Lha ini bagaimana? Kalau begini ini kan saya bisa dibilang penipu? Padahal, Wayang Kancil itu benar-benar ciptaan saya,” ungkap Ki Ledjar dengan gusar.

Ki Ledjar menjelaskan, pada katalog itu disebutkan Wayang Kancil dikatakan sebagai wayang ciptaan Bo-Liem, seorang China, di tahun 1925. Wayang itu dibuat oleh Lie Too Hien. “Anehnya, yang dipasang itu adalah Wayang Kancil buatan saya dengan menghapus catatan kaki yang merupakan inisial saya,” tuturnya.

Tak hanya itu yang memojokkan Ki Ledjar dalam katalog tersebut. Wayang VOC yang juga merupakan ciptaannya, diganti dengan nama Wayang Duporo. Lagi-lagi inisial namanya yang terdapat di sambungan kaki atau palemahan dihilangkan. Sementara itu, tertulis pembuatnya adalah Raden Mas Danuatmadja tahun 1830-1858.

Selain Wayang Kancil, juga muncul Wayang VOC yang juga dibuat Ki Ledjar pada tahun 1980-an. Sebutan Wayang VOC diganti dengan Wayang Duporo dan tiga nama wayang yang muncul adalah Sultan Agung, Patih Danureja dan Pangeran Diponegoro. Di sambungan kaki atau palemahan-nya yang tertulis inisial Ki Ledjar sengaja dipotong, dan pembuatnya adalah Raden Mas Danuatmadja tahun 1830-1858.

Betapa gusarnya Ki Ledjar ini mengingat tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam Wayang Duporo (Sultan Agung, Patih Danureja dan Pangeran Diponegoro) dijadikan satu atau hidup dalam satu zaman. Padahal, mereka hidup dalam zaman yang berbeda dan tak akan bisa bertemu dalam satu layar.

Pun, gambaran tentang Pangeran Diponegoro salah. “Mana ada Pangeran Diponegoro berjambang? Apa kata keluarga Pangeran Diponegoro?” ujar Ki Ledjar. Ia tak habis pikir ketika melihat katalog yang dibuat Senawangi (Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia), pada halaman 29.

Di halaman itu dimuat Wayang Wahyu dengan tokoh-tokoh seperti Judas, Petrus dan Matheus dengan mencantumkan penciptanya adalah Temotheus Mardji Subrata pada tahun 1960. Lagi-lagi, wayangnya diakukan milik Temotheus.

Atas dasar itulah Ki Ledjar akan mencoba menemui Senawangi untuk meluruskan. “Saya akan memikirkan langkah-langkah yang harus saya lakukan untuk meluruskan kesalahan ini. Bila perlu, mungkin saya akan menempuh jalur hukum,” tuturnya seraya menambahkan dirinya telah mempersiapkan arsip-arsip berupa sketsa buatannya untuk membuktikan kebenaran.

Untuk meringankan beban batinnya itu, Ki Ledjar membuat sebuah perhelatan di Bentara Budaya Yogyakarta pada akhir Maret lalu. Ia merasa perlu membuat pernyataan terbuka terkait dengan Wayang Kancil.

“Saya perlu menjelaskan pada publik soal ini agar semuanya tahu duduk perkaranya,” lanjutnya. Nama Ki Ledjar memang boleh jadi tak begitu menonjol di dunia kesenian dalam negeri. chol

Tinggalkan komentar